Dalam penulisan CV dan resume, mungkin Anda familiar dengan pencantuman bagian skill. Tak hanya hard skill—keahlian utama yang dibutuhkan dalam pekerjaan, melainkan juga soft skill. Soft skill merupakan kemampuan komunikasi, kecerdasan sosial yang melekat, karakteristik seseorang, serta kemampuan beradaptasi dalam kehidupan maupun dunia pekerjaan.
Alhasil, soft skill juga perlu ditunjukkan ketika mencari pekerjaan. Misalnya untuk posisi junior, sebagian perusahaan cenderung memilih calon karyawan yang memiliki potensi untuk berkembang, yakni mereka yang memiliki kemauan untuk belajar dan berkepribadian adaptif dibandingkan mereka yang hanya ahli di suatu bidang.
Berbeda dengan hard skill, soft skill bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari secara formal, bahkan di perkuliahan sekalipun. Meski demikian, pengembangan soft skill mahasiswa dapat diasah dengan cara terlibat di komunitas atau organisasi kampus, mengikuti magang, maupun program volunteer.
Nantinya, soft skill yang membantu Anda berinteraksi dengan rekan kerja dan berkembang dalam menjajaki dunia kerja. Hal itu menjelaskan alasan kenapa soft skill penting dimiliki. Lalu, apa saja soft skill yang perlu dimiliki mahasiswa?
Selain berinteraksi dengan rekan kerja, ada beragam situasi yang akan dihadapi dan membutuhkan kemampuan berkomunikasi. Dalam situasi tersebut, Anda diharapkan mampu menyesuaikan diri. Contohnya kapan harus menggunakan bahasa yang sopan, kapan harus bersikap tegas, dan waktu yang tepat untuk beropini.
Kemampuan itu tak luput dari keterampilan mengolah informasi yang diperoleh, baik secara lisan maupun tulisan. Termasuk memberikan feedback informasi yang tepat dan akurat, serta mudah dipahami orang lain.
Jika ingin mengasahnya, Anda dapat meningkatkan keterlibatan di suatu kegiatan, atau merekam dan menonton presentasi sendiri. Hal ini akan efektif dalam mengevaluasi kesalahan yang dilakukan.
Keterampilan ini merupakan gabungan kemampuan dalam menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan, diikuti dengan memberikan beberapa alternatif solusi dalam menyelesaikan masalah. Permasalahan akan lebih mudah diselesaikan secara efektif dan efisien apabila seseorang mampu menggunakan nalar secara logis.
Namun, berpikir kritis tidak hanya digunakan dalam penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut membantu Anda menerima arahan dan menganalisis situasi yang dihadapi. Karena itu, soft skill ini berguna dalam pengambilan keputusan atas masalah atau mencari solusi.
Tanpa harus bergabung dengan organisasi atau komunitas, contoh soft skill yang satu ini dapat dikembangkan saat terlibat dalam kerja kelompok.
Kemampuan bekerja dalam tim perlu dimiliki karena Anda bekerja dengan kolega dalam mewujudkan visi misi dan target perusahaan. Ibarat tubuh, diperlukan kerja sama yang dinamis untuk membuat seluruh anggota tubuh berfungsi dengan baik demi menopang kelangsungan hidup.
Selain kolaborasi kerja tim, soft skill ini dapat meliputi berbagai hal, seperti empati dengan rekan kerja, mendahulukan profesionalitas pekerjaan, serta kemampuan menerima dan memberi masukan.
Ketika mendengar “kepemimpinan”, sebagian orang mungkin masih menganggap soft skill tersebut hanya diperoleh dengan menjadi pemimpin. Padahal, kemampuan ini bisa dimulai dengan menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Sesederhana disiplin dalam melaksanakan tanggung jawab dan aktivitas sehari-hari.
Kemudian, dapat diterapkan ketika bergabung dalam organisasi, kepanitiaan, kerja kelompok, atau kegiatan apa pun, dengan menjadi pemimpin. Dalam dunia kerja, kepemimpinan yang baik tidak hanya memimpin tim, tetapi mampu memberikan arahan yang baik, dan menyelesaikan konflik.
Contoh soft skill berikutnya adalah kemampuan merencanakan dan mengontrol penggunaan waktu. Hal ini tentunya berdampak pada pekerjaan, tepatnya dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas. Alhasil, kemampuan ini akan membantu dalam menyelesaikan tugas lebih banyak, dan mencapai work life balance.
Di dunia kerja, pengembangan soft skill ini bermanfaat untuk dapat tepat waktu dalam mengejar deadline. Untuk melatihnya, Anda dapat mengerjakan tugas berdasarkan skala prioritasnya, berdasarkan to-do list harian. Dengan demikian, Anda juga terlatih melakukan perencanaan dan pengelolaan stres.